haridunia.com – Menjelang bergulirnya ASEAN U‑23 Championship 2025 pada 15–29 Juli di Indonesia 🇮🇩, skuad Timnas U‑23 alias Garuda Muda tengah bekerja keras meski waktunya mepet. Pelatih Gerald Vanenburg memimpin squad sejak 20 Juni dan mengandalkan sesi internal ketat karena tidak ada laga uji coba internasional. Di tengah keterbatasan ini, fokus membangun chemistry, taktik, dan fisik jadi kunci utama. Berikut pendalaman strategi persiapan Garuda Muda menghadapi kompetisi krusial ini.
Persiapan Internal & Futur Tak Ada Uji Coba
Pelatih Vanenburg memutuskan untuk tidak menggelar uji coba dengan tim lain sebelum turnamen, melainkan hanya melakukan latihan internal di Stadion Madya Senayan sejak 10 Juli 2025.
Sesi 11v11 internal digelar intensif setiap hari, dengan tujuan optimalisasi gaya permainan dan menjaga kebugaran pemain tanpa risiko cedera dari lawan luar.
Fokus ini sekaligus strategi manajerial: memastikan mental dan ritme permainan tim sejak dini karena tidak ada daya pembelian kesiapan dari pertandingan resmi.
Pembentukan Chemistry & Keterbatasan Waktu
Pemanggilan 30 nama sejak 20 Juni memberikan waktu mobilisasi agak panjang. Namun, hanya dalam dua pekan, tim sudah menyusut jadi sekitar 25 pemain.
Pemusatan latihan ini mendukung pemantauan kondisi individu—terutama pemilihan tiga kiper, bek, gelandang, hingga striker yang siap tampil maksimal.
Dengan terpanggilnya pemain diaspora seperti Jens Raven (Belanda), setidaknya Vanenburg bisa mulai membentuk komposisi final agar lebih kompak secara taktik dan posisi.
Manfaat dan Risiko Strategi Tanpa Uji Coba
Tidak menggelar laga resmi bisa menghindarkan cedera awal, tetapi menghilangkan kesempatan untuk menghadapi skema taktis lawan nyata.
Vanenburg tetap optimis: “Yang lebih penting mempersiapkan gaya kita sendiri”.—menegaskan pendekatan self-reliant timnas.
Namun tekanan tetap ada—mentalitas pemain diuji tatkala mereka menghadapi laga asing di GBK versus Brunei, Filipina, dan Malaysia dalam waktu dekat.
Fokus Taktis & Kendala Fisik
Setelah latihan fisik selama awal pemanggilan sejak 20 Juni, kini taktik jadi perhatian utama.
Vanenburg menekankan struktur lini, pola 4-1-4-1 atau 4-2-3-1, dan transisi cepat dalam formasi yang diulang terus selama internal sessions.
Keterbatasan waktu membuat recovery dan manajemen kebugaran jadi tantangan—harus seimbang antara fisik prima dan strategi bertahan/serang.
Lawan Grup A & Tantangan Kompetitif
Indonesia tergabung di Grup A bersama Brunei (15/7), Filipina (18/7), dan Malaysia (21/7).
Malaysia sendiri mengalami keterlambatan persiapan, menjadi kabar baik bagi Indonesia , tapi itu juga berarti lawan kemungkinan belum optimal.
Pelatih perlu menjaga keseimbangan antara unggul klasemen awal dengan stabilitas performa—menghindari sensasi ‘turnamen terlalu dini’ melawan tim yang juga tertinggal.
Lahat Sejarah & Ambisi Lanjut
Indonesia pernah menang di ASEAN U‑23 2019, tapi terakhir kali perempat final di Piala Asia 2024.
Vanenburg mengincar setidaknya lolos fase grup—ingat hasil drawing Grup A memudahkan peluang semifinal.
Walau tantangan waktu pendek tetap nyata, moral tim tinggi karena bermain di kandang—dua stadion (GBK & Patriot) menjanjikan dukungan penuh.
Garuda Muda terpacu di tengah keterbatasan waktu menjelang ASEAN U‑23 2025. Pelatih Vanenburg memilih strategi internal intensif, pemantapan chemistry, dan penghindaran cedera—meski tanpa uji coba. Fokus pada taktik dan fisik yang seimbang menjadi bisnis utama timnas.