haridunia.com – Baru-baru ini, Menbud (Menteri Kebudayaan) Fadli Zon hadir di Dialog Peradaban Global di Beijing pada 11 Juli 2025. Pada forum tersebut, dia menekankan sekali lagi betapa krusialnya pelihara peradaban agar dunia bisa tetap damai, maju, dan berbudaya. Topik ini sedang jadi trending di Google Trends Indonesia karena isu dialog antarbudaya global lagi hangat diperbincangkan.
Mengapa Pelihara Peradaban Jadi Fokus Utama?
Di sub-forum bertajuk “Pertukaran dan Saling Pembelajaran Antarperadaban: Pembangunan dan Kemakmuran Global”, Fadli menekankan bahwa menjaga keragaman peradaban adalah fondasi perdamaian dunia.
Dia bilang lewat dialog antarperadaban, bangsa berbeda bisa saling memahami, membangun kepercayaan, serta memperkecil jurang perbedaan yang kerap menjadi sumber konflik.
Fadli juga menyinggung contoh terbaru konflik budaya di Gaza, menyebutnya sebagai “genosida budaya”—sebuah tragedi yang merusak identitas dan warisan civilisiasi manusia. Ini menunjukkan betapa krusialnya diplomasi budaya dalam meredam konflik global.
Apa artinya semua ini buat kita?
Pelihara peradaban bukan cuma jargon akademis—melainkan strategi nyata untuk:
-
Mengingatkan komunitas global bahwa keberagaman adalah kekayaan, bukan alasan konflik.
-
Menstimulasi kerja sama lintas budaya—bukan blok geopolitik.
-
Menjaga situs budaya agar jadi jembatan, bukan sasaran politik.
Konteks Forum: Dialog Peradaban Global di Beijing
Forum ini adalah bagian dari Global Civilizations Dialogue, sebuah inisiatif budaya dari pemerintah Tiongkok melalui Partai Komunis-nya, digagas sejak Maret 2023.
Fadli hadir bersama tokoh internasional, termasuk mantan Presiden RI Megawati Soekarnoputri, dan menteri budaya dari negara seperti Mali, Pakistan, Komoro, hingga Rusia.
Konferensi ini sejalan dengan inisiatif Xi Jinping untuk menjadikan budaya sebagai fondasi pembangunan dan perdamaian global. Di tengah arus geopolitik multipolar, dialog ini punya makna strategis—menjembatani kesenjangan politik lewat budaya.
Peserta diskusi menekankan bahwa budaya harus jadi alat diplomasi, bukan sekadar simbol. Fadli menggemakan ini ketika menyebut semboyan Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” sebagai contoh konkrit pluralitas yang bisa jadi inspirasi dunia.
Apa Saja yang Disampaikan Fadli Zon?
H3: Keberagaman Indonesia sebagai Warisan Global
Fadli menegaskan bahwa dengan lebih dari 1.340 suku, 780 bahasa daerah, dan ribuan warisan budaya takbenda, Indonesia punya posisi strategis dalam membangun dunia lebih harmonis.
Data yang dipaparkan:
-
2.213 daftar warisan budaya takbenda aktif
-
50.000 potensi nomine
-
60% fosil Homo erectus dunia ada di Indonesia
-
Lukisan gua tertua di dunia (Leang Leang, 51.000 tahun).
Semboyan Bhineka Tunggal Ika dalam Diplomasi
Dalam pidatonya, Fadli juga memperkenalkan Bhineka Tunggal Ika dan nilai gotong royong sebagai prinsip modal sosial Indonesia yang bisa diterapkan global.
Memperjuangkan Palestina lewat Budaya
Fadli kecam keras “genosida budaya” di Gaza, mendesak dunia memperhatikan penghancuran situs bersejarah sebagai bagian dari upaya solidaritas global.
Dia menyatakan bahwa Indonesia tak hanya peduli lewat diplomasi politik, tapi juga lewat diplomasi budaya.
Implikasi untuk Indonesia & Dunia 🌏
Pelestarian Budaya Nusantara
Setelah forum ini, ada kemungkinan Indonesia memperkuat usaha kataloging dan perlindungan situs budaya. Potensi dana UNESCO, revitalisasi situs, hingga riset arkeologi bisa makin digencarkan.
Soft Power Diplomasi
Dengan mempromosikan budaya plural dan warisan purba, citra Indonesia sebagai negara inklusif akan makin kuat. Ini bisa membuka peluang kerja sama budaya dan pariwisata.
Pengaruh terhadap Kebijakan Domestik
Pidato ini mendukung posisi Kementerian Kebudayaan dalam bekerja lebih intensif. Bisa mempercepat agenda seperti revitalisasi warisan takbenda, arsip manuskrip, atau diplomasi budaya di global stage.
Tantangan hingga Penutup
Indonesia kaya budaya, tapi bagaimana menjaga agar dokumen budaya, situs abadi, dan identitas lokal terus hidup? Ada beberapa tantangan nyata:
-
Anggaran dan Sumber Daya – Kekayaan budaya memerlukan investasi yang konsisten.
-
Kesadaran Publik – Budaya lokal jadi prioritas hanya kalau masyarakat ikut peduli.
-
Geopolitik – Dalam konflik global, kapan budaya jadi senjata lembut? Dialog ini menjawabnya, tapi tantangan tetap nyata.
Menbud Fadli Zon di forum global di Beijing berhasil menyampaikan satu pesan kuat: Pelihara peradaban itu bukan hanya soal estetika atau sejarah—tapi fondasi untuk dunia yang damai dan makmur.
Dia menggabungkan tiga pilar penting—keragaman Indonesia, Bhineka Tunggal Ika, dan solidaritas budaya global—dalam pidato yang jelas, profesional, dan strategis.
Ini bukan sekadar diplomasi, tapi panggilan nyata untuk bergerak bersama. Indonesia diharap tidak hanya menjaga kekayaan budaya sendiri, tapi turut aktif di panggung global.