Setelah Putusan Tarif Trump, Harga Kedelai Impor Belum Turun di RI

Business Finance Marketing Pemerintahan

haridunia.com – Meskipun Presiden Donald Trump mengumumkan pengurangan tarif impor Indonesia dari 32% ke 19% dalam kesepakatan dagang bilateral, nyatanya harga kedelai impor di pasaran Indonesia belum menunjukkan penurunan signifikan. Hal ini membuat petani tempe, produsen tahu, dan peternak ayam masih merasakan beban biaya tinggi dibanding masa sebelum putusan.

Dengan kata lain, harga kedelai impor belum turun, meski tarif sudah berkurang—dan ini jadi sorotan sejumlah pelaku usaha domestik.

Dampak Tarif Trump dalam Perjanjian AS–Indonesia

  1. Perubahan tarif dari 32% ke 19%
    Trump mengatakan Indonesia setuju tarif 32% diturunkan jadi 19% sebagai imbalan pembelian USD 4,5 miliar produk pertanian AS serta pesawat Boeing dan energi. Namun, perubahan tarif ini masih harus diimplementasi melalui regulasi dan ditunjukkan secara resmi pada platform importir.

  2. Respons Bank Indonesia dan stimulus ekonomi
    BI menanggapi pengurangan tarif itu dengan penurunan suku bunga acuan (7‑day reverse repo) 25 bps jadi 5,25%, untuk memperkuat daya beli meski ketidakpastian perdagangan global masih tinggi.

  3. Kesepakatan tidak selamanya otomatis turun harga domestik
    Meski tarif impor turun, harga komoditas seperti kedelai tidak otomatis turun di pasar lokal. Pasalnya, input biaya impor, rantai distribusi, dan faktor permintaan domestik masih menahan harga tinggi.

Kenapa Harga Kedelai Impor Belum Turun?

  1. Inventaris lama dan lagu harga global
    Banyak importir masih memproses stok impor sebelum penurunan tarif berlaku. Barang sebelumnya masuk dengan biaya tinggi, sehingga harga jual baru mereka masih bertumpu pada harga dulu. Ditambah, harga global—yang juga terdampak gangguan rantai pasokan—belum kembali normal  .

  2. Biaya logistik dan distribusi tetap mahal
    Bea-masuk hanya sebagian dari keseluruhan biaya impor. Ongkos angkut, pergudangan, dan margin pedagang tetap mempengaruhi harga akhir di konsumen, sehingga harga kedelai impor belum turun walau tarif berkurang.

  3. Permintaan domestik masih tinggi
    Sektor makanan seperti tahu, tempe, dan pakan unggas masih menyerap volume besar kedelai impor. Permintaan tinggi cenderung menstabilkan harga, sehingga dampak penurunan tarif butuh waktu agar terlihat di pasar akhir.

Konsekuensi untuk Pelaku Ekonomi dalam Negeri

  1. Petani lokal masih terkalahkan harga impor
    Sejak lama, petani kedelai lokal sulit bersaing karena harga domestik lebih tinggi dari harga impor. Berdasarkan kondisi sekarang, gap ini masih ada dan kalau tak segera diatasi akan terus melemahkan usaha petani dalam negeri.

  2. Industri tahu–tempe masih terbebani
    Produsen tahu dan tempe tergantung kepada pasokan kedelai impor. Biaya produksi tinggi diteruskan ke konsumen, membuat harga jual dua produk ini tetap naik. Kombinasi tarif dan rantai distribusi saat ini belum membantu menahan inflasi bahan pangan.

  3. Peternak unggas dan sapi terserap biaya pakan
    Harga pakan yang tidak turun memicu turunnya profit margin peternak ayam dan sapi. Mereka tergantung pada harga konsumen produk hewani, dan kenaikan biaya pakan bisa menggerus modal.

Upaya Pemerintah dan Pelaku Usaha Mengantisipasi Dampak

  1. Dorongan diversifikasi sumber impor
    Pemerintah mengimbangi tarif dengan negosiasi impor kedelai dari Amerika atau negara lain. Beberapa rencana impor dari AS disebutkan dalam kesepakatan, meski belum terealisasi secara konkret.

  2. Subsidi dan program peningkatan produksi dalam negeri
    Kementerian Pertanian menjanjikan bantuan bagi petani kedelai agar produksi nasional naik. Ini ditujukan mengurangi ketergantungan impor secara bertahap.

  3. Monitoring harga dan intervensi distribusi
    Pemerintah turut memantau harga pasokan dan akan menyiapkan cadangan pangan strategis demi menghindari kelangkaan atau lonjakan harga. Regulasi retail juga mulai diperketat untuk kurangi spekulasi.

Kapan Harga Kedelai Impor Bisa Turun?

  1. Setelah musim panen baru
    Revisi tarif akan efektif setelah pemenuhan konsinyasi impor baru dengan tarif 19%. Sekitar 2–3 bulan ke depan, produksi baru akan lebih murah dan tercerna di pasaran.

  2. Stok lama habis dan distribusi berjalan rata
    Harga turun tidak akan terlihat saat stok lama masih dipakai. Setelah stok lama habis, tarif baru dan kondisi global yang lebih stabil bisa mulai beri dampak ekonomis.

  3. Sinergi kebijakan dan investasi domestik
    Dukungan produksi dalam negeri dan regulasi supply chain akan mempercepat penurunan harga. Diperlukan keberpihakan berkelanjutan agar manfaat global bisa dirasakan lokal.

Harga Kedelai Impor Belum Turun, Tapi Ada Harapan

Kesimpulannya, harga kedelai impor belum turun meski ada pengurangan tarif Trump, karena pengaruh stok lama, biaya logistik, dan permintaan tinggi. Meski begitu, peluang penurunan terbuka lewat implementasi kebijakan di bidang impor, produksi dalam negeri, serta distribusi yang lebih efisien.

Pemerintah dan pelaku usaha harus bersinergi agar dampak positif tarif baru bisa terasa. Warga pun perlu realistis: efek kebijakan perdagangan global punya latency, tidak instan, tapi jangka menengah bisa membawa kelegaan bagi konsumen dan ekonomi lokal.