Staycation

Staycation 2025: Gaya Liburan Dekat Rumah yang Jadi Tren Baru di Indonesia

Travel

Liburan yang Tak Perlu Jauh-Jauh

Tahun 2025 menandai perubahan besar dalam cara orang berlibur. Jika dulu liburan identik dengan bepergian jauh ke luar kota atau luar negeri, kini tren justru bergeser ke arah yang lebih sederhana — staycation atau liburan di sekitar tempat tinggal sendiri. Di tengah rutinitas padat, urbanisasi, dan tekanan kerja, banyak orang mulai mencari cara beristirahat tanpa harus repot perjalanan panjang.

Fenomena Staycation 2025 bukan hanya soal kemalasan bepergian, tapi tentang mencari kenyamanan, relaksasi, dan kebahagiaan kecil di lingkungan terdekat. Dengan berkembangnya hotel butik, villa minimalis, dan konsep akomodasi tematik, orang bisa menikmati suasana liburan tanpa meninggalkan kota tempat tinggal.

Kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil juga berperan. Liburan jauh membutuhkan biaya besar, sementara staycation menawarkan pengalaman menyenangkan dengan anggaran lebih hemat. Hasilnya, industri perhotelan dan pariwisata lokal di berbagai kota besar Indonesia justru meningkat pesat berkat tren ini.


Dari Gaya Hidup Praktis ke Fenomena Sosial

Awalnya, staycation hanya dikenal di kalangan profesional muda yang sibuk dan tidak sempat cuti panjang. Namun pada 2025, konsep ini berkembang menjadi fenomena sosial lintas usia. Keluarga muda, pasangan suami istri, hingga pekerja kreatif mulai menjadikan staycation sebagai rutinitas bulanan.

Alasan utamanya adalah fleksibilitas. Dengan munculnya sistem kerja hybrid dan remote work, orang bisa berpindah tempat kerja sementara sambil menikmati suasana baru. Hotel dan apartemen kini berlomba-lomba menyediakan fasilitas workation — kombinasi antara bekerja dan berlibur — dengan Wi-Fi cepat, meja ergonomis, serta pemandangan yang menenangkan.

Selain itu, faktor keberlanjutan ikut mendorong popularitas staycation. Banyak orang ingin mengurangi jejak karbon dari perjalanan jarak jauh. Mereka memilih menghabiskan waktu di penginapan lokal, mendukung bisnis sekitar, dan mengeksplorasi tempat-tempat unik di kota sendiri.


Kota-Kota yang Jadi Favorit Staycation

Beberapa kota di Indonesia muncul sebagai destinasi staycation paling diminati pada 2025. Jakarta misalnya, kini punya banyak hotel tematik yang menawarkan pengalaman berbeda, mulai dari hotel bergaya Jepang minimalis, hingga resort urban dengan taman atap dan kolam renang infinity.

Bandung tetap menjadi pilihan favorit karena suasana sejuk, kuliner melimpah, dan banyaknya penginapan bergaya industrial rustic yang instagramable. Wisatawan lokal banyak memilih vila di Lembang atau glamping di Ciwidey untuk melepas penat tanpa perlu keluar provinsi.

Sementara itu, Yogyakarta menarik perhatian dengan konsep heritage staycation. Hotel-hotel di area Prawirotaman dan Kotabaru menawarkan pengalaman tinggal di bangunan kolonial yang dipadukan dengan kenyamanan modern. Pengunjung bisa berjalan kaki ke galeri seni, menikmati kopi di kafe lokal, dan menutup hari dengan pertunjukan musik indie.

Di Bali dan Lombok, konsep staycation berubah menjadi eco-staycation. Banyak resort kecil mengusung tema keberlanjutan — memanfaatkan energi surya, bahan bangunan alami, dan makanan dari kebun organik. Para wisatawan yang peduli lingkungan kini mencari pengalaman berlibur yang seimbang antara relaksasi dan tanggung jawab ekologis.


Ekonomi Kreatif di Balik Tren Staycation

Tren staycation membawa dampak besar bagi ekonomi kreatif lokal. Bisnis kecil seperti penyedia jasa dekorasi ruangan, katering rumahan, barista independen, hingga fotografer profesional mendapatkan peluang baru. Banyak hotel bekerja sama dengan seniman lokal untuk menghias interior dan menghadirkan karya seni eksklusif di tiap kamar.

Konsep “hotel sebagai galeri” semakin populer. Beberapa penginapan bahkan rutin mengadakan pameran seni atau pertunjukan musik akustik setiap akhir pekan. Para tamu bukan hanya menginap, tapi juga menikmati pengalaman kultural yang kaya.

Selain sektor perhotelan, bisnis penyewaan properti jangka pendek juga booming. Melalui platform seperti Airbnb dan Traveloka Stay, banyak warga yang menyulap rumah pribadi menjadi tempat staycation. Hal ini menciptakan ekonomi berbasis komunitas di mana pemilik rumah, pekerja kebersihan, hingga tukang kebun mendapat manfaat langsung dari tren ini.


Media Sosial dan Pengaruh Generasi Z

Media sosial memiliki peran besar dalam mempopulerkan Staycation 2025. Generasi Z menjadikan staycation sebagai bagian dari gaya hidup “slow life” — menikmati hidup tanpa terburu-buru. Mereka membagikan momen sederhana seperti sarapan di balkon, membaca buku di taman hotel, atau sekadar rebahan dengan pemandangan langit sore.

Konten aesthetic seperti #StaycationMood dan #ChillWeekend menjadi tren di Instagram dan TikTok. Penginapan berlomba-lomba membuat spot foto unik agar viral di media sosial. Beberapa bahkan menawarkan paket “content creator stay” lengkap dengan pencahayaan dan dekorasi tematik.

Bagi Gen Z, staycation bukan hanya liburan tapi juga ekspresi identitas. Mereka memilih tempat yang mencerminkan kepribadian, misalnya desain retro, konsep minimalis, atau nuansa tropis alami. Semua itu memperkuat hubungan emosional antara penginapan dan pengunjung.


Dampak Psikologis dan Kesehatan Mental

Salah satu alasan utama staycation menjadi populer adalah efek positifnya terhadap kesehatan mental. Setelah bertahun-tahun terjebak dalam tekanan kerja dan rutinitas digital, banyak orang mulai merasa lelah secara emosional. Staycation memberi jeda sejenak untuk menenangkan pikiran tanpa perlu repot mempersiapkan perjalanan jauh.

Psikolog menyebut fenomena ini sebagai bentuk micro-recovery — pemulihan singkat namun signifikan yang membantu mencegah burnout. Hanya dengan mengubah lingkungan selama satu atau dua hari, otak sudah bisa “reset” dan kembali fokus.

Selain itu, staycation mempromosikan gaya hidup mindful living. Saat jauh dari notifikasi dan jadwal sibuk, seseorang bisa menikmati hal-hal kecil yang sering diabaikan: aroma kopi pagi, suara hujan, atau percakapan ringan dengan pasangan. Pengalaman sederhana seperti ini terbukti meningkatkan kebahagiaan dan rasa syukur.


Tantangan dan Masa Depan Staycation di Indonesia

Meski tren staycation berkembang pesat, tantangan tetap ada. Persaingan antarhotel dan penginapan semakin ketat. Banyak pelaku industri yang hanya fokus pada tampilan estetika tanpa memperhatikan pengalaman pelanggan secara menyeluruh. Padahal, kenyamanan, kebersihan, dan pelayanan tetap menjadi faktor utama keberhasilan.

Dari sisi lingkungan, meningkatnya pembangunan akomodasi baru menimbulkan kekhawatiran terhadap keseimbangan ekosistem. Pemerintah perlu mengatur agar pengembangan wisata lokal tidak merusak tata ruang kota dan lingkungan sekitar.

Namun peluang di masa depan masih sangat besar. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap keberlanjutan dan kesejahteraan diri, staycation diperkirakan akan menjadi bagian permanen dari pola hidup urban. Hotel-hotel kecil, guesthouse lokal, dan resort ramah lingkungan akan terus tumbuh karena menawarkan pengalaman yang lebih personal dibanding akomodasi besar.


Penutup: Liburan Sederhana, Makna Mendalam

Staycation 2025 mengajarkan bahwa liburan tidak selalu harus mewah atau jauh. Kadang, yang dibutuhkan hanyalah waktu untuk berhenti sejenak dan menikmati suasana baru di sekitar kita. Tren ini menjadi simbol perubahan cara pandang terhadap kebahagiaan: dari pencarian eksternal menuju keseimbangan internal.

Indonesia punya potensi besar untuk menjadi pusat tren staycation di Asia Tenggara. Dengan kekayaan budaya, kuliner, dan keramahan masyarakatnya, setiap kota bisa menjadi destinasi berkesan tanpa harus menempuh jarak jauh.

Staycation bukan sekadar tren sementara — ia adalah gaya hidup baru di era modern. Sebuah cara untuk mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sering kali ada di depan mata, asalkan kita mau berhenti sejenak untuk melihatnya.


Referensi: