Dosa‑Dosa Film Superman James Gunn yang Harus Segera Ditebus oleh Sutradara

Lifestyle Movie Technology

haridunia.com – Baru tayang di Indonesia sejak 9 Juli 2025, film Superman karya James Gunn langsung jadi perbincangan panas. Ada yang bilang ini gebrakan penuh harapan, tapi gak sedikit juga kritik nyinyir soal “dosa” yang harus ditebus Gunn segera. Mulai dari alur yang rumit, CGI berlebihan, hingga karakter kurang dapet jiwa— semua dibahas tuntas di sini.

1. Alur Rumit & Konflik Global yang Bikin Bingung

James Gunn berani banget, membawa Superman ke tengah konflik dua negara fiktif, Boravia vs Jarhanpur. Ide ini ambisius karena simbolik—Superman dihadapkan pada isu imigran dan moralitas global.

Tapi sayang, eksekusinya dianggap terlalu rumit. Kritikus dari Kompas dan Media Indonesia menyebut alurnya “berat” dan bikin penonton kesulitan ikuti.
Ditambah lagi, adegan Superman berdarah setelah pertarungan pembuka—intended untuk feeling lebih manusiawi—ternyata bikin beberapa penonton berasa “aneh” dan gak natural.

Jarang ada film superhero yang mulai dengan intertitles geopolitik tanpa transisi lemes, dan sayangnya Superman versi Gunn keteteran di sini. Harusnya, tema berat seperti ini diselipin dengan pacing lebih ringan agar gak bikin bosan.

2. CGI Melulu & Adegan Tipikal Blockbuster

Kalau ngomongin film modern, CGI udah jadi “harga mati”. Superman juga gak mau ketinggalan—ledakan kota, monster, robot fiktif, semua hadir penuh meriah.

Tapi kritik datang lagi, dari beberapa reviewer luar yang bilang efeknya jadi klise ala superhero mainstream: “ledakan di mana-mana, kekawatiran minimal”.

Lebih parahnya, adegan klimaks dinilai seperti “ulang formula”, tanpa sensasi emosional baru. Penonton cuma dapat kelegaan visual, tanpa ikatan hati.

Gunn memang dikenal doyan humor dan aksi, tapi seharusnya kombinasinya tetap berimbang. Kalau terlalu banyak efek, rawan bikin penonton lupa sama perasaan karakter.

3. Karakter Kurang Mendalam & Interaksi Ringan

Berita baik: David Corenswet sebagai Clark/Superman banyak dipuji karena nuansa humanisnya. Tapi beberapa kritik menyoroti bahwa karakternya kadang terasa “kosong”, kurang karisma super .

Chemsitry bareng Rachel Brosnahan (Lois Lane) cukup oke, kesan nostalgia khas era klasik muncul, tapi gak cukup kuat untuk menopang keseluruhan cerita. Sementara Nathan Fillion sebagai Green Lantern (Justice Gang) dan Krypto si anjing super jadi favorit, sayangnya kehadiran mereka justru bikin fokus cerita melebar.

Alih-alih fokus ke konflik batin dan hubungan manusia-superhero yang mendalam, film sering melompat ke skenario ringan atau cameo. Jadinya, klimaks emosional kurang membekas.

4. Tone & Komedi yang Kadang Ngawur

Salah satu ciri khas James Gunn adalah humor ringan—ini lumayan terasa di Guardians dan Suicide Squad. Namun di Superman, kualitas comedynya campur aduk: ada yang licik tapi juga yang terasa dipaksakan.

Beberapa adegan konyol dianggap bikin film kehilangan momen serius. Sebagai film yang angkat tema imigran, moralitas, dan identitas, komedi seharusnya mendukung, bukan menghancurkan tone.

5. Ide Imajinatif, Tapi Susah Dieksekusi untuk Semua Pemirsa

James Gunn menyuntikkan unsur “Monster raksasa” dan “robot” ala Guardians, plus Krypto si anjing—semua elemen komik klasik. Ini nilai plus karena nambah kekayaan visual dan nostalgia.

Sayangnya, eksekusinya jadi terasa “gimmick”. Banyak penonton justru bingung: “Ini film serius apa kartun superhero?” Ketidakselarasan genre jadi tantangan utama.

Apa yang Harus Ditachiev James Gunn?

Gunn telah memperlihatkan visi besar untuk DCU: identitas global, tema imigran & moralitas, humor segar, dan aksi spektakuler. Namun, semua itu perlu difokuskan lagi:

  • Penyederhanaan alur: khususnya konflik global, dibuat lebih personal dan emosional.

  • Pengurangan CGI bombastis di klimaks, diganti momen character-driven.

  • Fokus karakter: Superman dan Lois harus dapat momen besar, bukan terdistraksi cameo.

  • Tone balance: humor harus tepat, bukan bikin plot kehilangan konsistensi.

James Gunn patut di-acungin jempol karena mau beri Superman “nyawa baru”. Tapi setiap revolusi pasti punya side‑effect—dalam hal ini, form over substance. Kalau DCU adalah kapal besar, Superman adalah dek depan yang harus kokoh dulu sebelum meluncur jauh.