Jeju Island dan Tantangan Pariwisata Modern
Jeju Island, destinasi wisata paling populer di Korea Selatan, kembali menjadi sorotan pada 30 Agustus 2025 setelah pemerintah daerah setempat mengumumkan serangkaian aturan baru bagi wisatawan. Pulau ini dikenal dengan pesona alamnya yang memukau: gunung Hallasan, pantai berpasir hitam, hingga desa tradisional yang masih terjaga. Popularitas Jeju meningkat drastis dalam dekade terakhir, terutama setelah Korea Wave (Hallyu) mendorong arus wisatawan internasional.
Namun, peningkatan jumlah pengunjung juga membawa dampak negatif. Polusi, sampah plastik, tekanan terhadap infrastruktur, hingga degradasi lingkungan mulai menjadi masalah serius. Masyarakat lokal merasa budaya mereka terkikis akibat komersialisasi berlebihan. Aturan baru yang diberlakukan ini bertujuan menyeimbangkan kebutuhan ekonomi pariwisata dengan pelestarian lingkungan dan budaya.
Aturan Baru yang Diberlakukan
◆ Batasan Jumlah Wisatawan Harian
Mulai musim gugur 2025, Jeju akan membatasi jumlah wisatawan harian yang masuk ke pulau. Sistem kuota berbasis tiket online diberlakukan, sehingga turis wajib mendaftar sebelum berkunjung. Tujuannya untuk mencegah over-tourism dan menjaga kualitas pengalaman wisata.
◆ Larangan Penggunaan Plastik Sekali Pakai
Pemerintah Jeju juga menerapkan larangan penggunaan plastik sekali pakai di pantai, taman nasional, dan area wisata populer. Turis diwajibkan membawa botol minum isi ulang dan tas belanja ramah lingkungan. Pelanggar bisa dikenai denda hingga ₩200.000 (sekitar Rp2,5 juta).
◆ Kontribusi “Green Fee”
Setiap wisatawan internasional kini wajib membayar “green fee” sebesar ₩5.000 per kunjungan. Dana ini akan digunakan untuk program daur ulang, reboisasi, dan perawatan situs budaya.
◆ Etika Budaya Lokal
Aturan baru juga menekankan penghormatan terhadap budaya lokal. Wisatawan diminta berpakaian sopan saat mengunjungi desa tradisional atau tempat ibadah, serta dilarang keras merusak situs warisan dunia UNESCO seperti Jeju Volcanic Island and Lava Tubes.
Dampak bagi Wisatawan Internasional
◆ Pengalaman Lebih Tertata
Dengan adanya pembatasan kuota, wisatawan akan menikmati pengalaman lebih nyaman, tanpa kerumunan berlebihan di lokasi populer seperti Seongsan Ilchulbong atau Cheonjiyeon Waterfall.
◆ Biaya Tambahan
Meski “green fee” dianggap kecil, beberapa wisatawan menilai biaya ini bisa menambah beban, terutama bagi backpacker. Namun, banyak yang mendukung karena melihat langsung dampak pariwisata terhadap lingkungan.
◆ Kesadaran Ekowisata
Aturan baru ini mendorong wisatawan lebih sadar akan praktik ramah lingkungan. Misalnya, banyak hotel dan guesthouse mulai menyediakan refill station untuk air minum, serta mengganti amenities sekali pakai dengan produk ramah lingkungan.
Perspektif Masyarakat Lokal
Masyarakat Jeju sebagian besar menyambut aturan baru ini dengan positif. Mereka menilai kebijakan ini penting untuk melindungi pulau dari eksploitasi berlebihan. Banyak petani dan nelayan lokal berharap langkah ini bisa menjaga keseimbangan antara pariwisata dan tradisi hidup mereka.
Namun, ada juga kekhawatiran bahwa pembatasan jumlah turis bisa menurunkan pendapatan pelaku usaha kecil yang mengandalkan wisatawan harian. Pemerintah berjanji akan memberikan subsidi bagi UMKM lokal untuk beradaptasi dengan model pariwisata baru yang lebih berkelanjutan.
Jeju Island sebagai Role Model Pariwisata Asia
Dengan kebijakan baru ini, Jeju berpotensi menjadi role model destinasi wisata berkelanjutan di Asia. Langkah berani ini bisa menginspirasi destinasi lain seperti Bali, Phuket, atau Boracay yang menghadapi masalah serupa.
Jika berhasil, Jeju tidak hanya akan mempertahankan reputasinya sebagai “Pulau Cinta” Korea, tetapi juga sebagai ikon pariwisata hijau dunia. Perpaduan antara alam, budaya, dan keberlanjutan akan menjadikan Jeju sebagai destinasi masa depan yang layak dicontoh.
Kesimpulan: Jeju Menyambut Wisatawan dengan Cara Baru
Aturan wisata baru di Jeju Island menandai era baru dalam industri pariwisata global. Dengan membatasi jumlah wisatawan, melarang plastik sekali pakai, serta memperkenalkan green fee, Jeju berusaha menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.
Bagi wisatawan, aturan ini mungkin terasa ketat pada awalnya, tetapi pada akhirnya justru memberikan pengalaman lebih autentik, nyaman, dan bertanggung jawab. Jeju telah mengirimkan pesan jelas: mereka ingin wisatawan bukan hanya sebagai penikmat, tetapi juga sebagai penjaga masa depan pulau indah ini.
Referensi: