Tren Modest Fashion di Kalangan Gen Z Indonesia: Perpaduan Gaya, Identitas, dan Nilai Keberlanjutan
Dunia fashion terus berubah mengikuti dinamika sosial dan budaya masyarakat, dan salah satu tren paling menonjol dalam beberapa tahun terakhir adalah munculnya modest fashion di kalangan generasi Z Indonesia. Modest fashion atau busana tertutup awalnya berkembang dari kebutuhan religius, tetapi kini telah bertransformasi menjadi bagian dari gaya hidup dan ekspresi diri. Di tangan Gen Z, modest fashion bukan hanya tentang pakaian panjang dan longgar, tetapi juga tentang identitas, keberagaman, inklusivitas, dan keberlanjutan.
Gen Z dikenal sebagai generasi yang tumbuh di tengah kemajuan teknologi dan keterbukaan informasi. Mereka lebih kritis terhadap nilai sosial, lebih peduli terhadap lingkungan, dan lebih menghargai keberagaman budaya. Karena itu, pendekatan mereka terhadap fashion juga berbeda: bukan sekadar mengejar tren cepat (fast fashion), tetapi memilih gaya yang mencerminkan nilai pribadi. Modest fashion menjadi pilihan karena menawarkan ruang ekspresi yang lebih personal, estetika yang unik, sekaligus menghormati nilai budaya dan spiritual.
Artikel ini akan membahas secara menyeluruh bagaimana tren modest fashion tumbuh di kalangan Gen Z Indonesia, faktor sosial budaya yang memengaruhinya, inovasi desain yang muncul, peran media sosial dan industri mode, hingga tantangan dan prospeknya di masa depan.
◆ Sejarah dan Perkembangan Modest Fashion di Indonesia
Modest fashion bukan hal baru di Indonesia. Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, gaya berpakaian tertutup sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat. Namun, selama bertahun-tahun, busana muslim cenderung dianggap konservatif dan monoton, identik dengan warna polos, potongan lurus, dan desain sederhana. Situasi mulai berubah pada awal 2010-an ketika muncul desainer muda yang mencoba menggabungkan nilai religius dengan estetika kontemporer.
Perubahan besar terjadi ketika media sosial mulai berkembang pesat. Generasi muda, terutama Gen Z, mulai mengeksplorasi gaya berpakaian tertutup yang tetap modis, nyaman, dan ekspresif. Mereka memadukan gamis, tunik, hijab, atau outer panjang dengan sneakers, celana kulot, tas mini, hingga aksesori modern. Gaya ini kemudian viral di Instagram dan TikTok, memunculkan istilah modest fashion yang lebih kekinian dan inklusif.
Pada 2020-an, industri mode Indonesia merespons tren ini dengan cepat. Muncul berbagai brand lokal yang fokus menyediakan koleksi modest fashion untuk pasar anak muda, seperti Kami., Ria Miranda, Zaskia Sungkar, Buttonscarves, hingga brand baru dari kreator TikTok. Modest fashion pun tidak lagi dipandang sebagai pilihan minoritas, tetapi bagian dari arus utama industri fashion nasional.
◆ Ciri Khas dan Nilai yang Melekat dalam Modest Fashion Gen Z
Modest fashion yang digemari Gen Z memiliki ciri khas berbeda dari gaya busana tertutup tradisional. Mereka menekankan pada kombinasi estetika, kenyamanan, dan fleksibilitas tanpa mengorbankan nilai moral yang mereka anut. Beberapa karakter utamanya adalah:
-
Oversized dan layering: Potongan longgar dan tumpuk-menumpuk menjadi ciri khas utama. Celana kulot, kemeja panjang, outer, dan blazer oversized populer karena menutup tubuh tanpa kehilangan kesan stylish.
-
Warna pastel dan netral: Gen Z menyukai palet warna lembut seperti cream, dusty pink, sage, atau abu muda yang memberi kesan tenang dan elegan.
-
Mix and match kreatif: Mereka suka memadukan item modest dengan fashion modern seperti sneakers, sling bag, atau bucket hat untuk menciptakan gaya personal yang unik.
-
Material ramah lingkungan: Kesadaran lingkungan tinggi membuat Gen Z lebih memilih bahan organik, daur ulang, atau lokal yang berkelanjutan.
-
Genderless elements: Banyak outfit modest yang netral gender, memberi ruang ekspresi yang lebih luas.
Yang menarik, modest fashion bagi Gen Z bukan semata soal pakaian, tetapi simbol nilai. Mereka melihatnya sebagai pernyataan identitas: menghargai budaya, mempraktikkan nilai spiritual, sekaligus menolak tekanan standar kecantikan sempit yang menuntut tampil terbuka. Bagi banyak Gen Z, berpakaian tertutup justru menjadi bentuk empowerment dan kontrol atas tubuh mereka sendiri.
◆ Peran Media Sosial dan Influencer dalam Mendorong Tren
Media sosial menjadi motor utama penyebaran tren modest fashion di Indonesia. Platform seperti Instagram dan TikTok memungkinkan anak muda berbagi gaya berpakaian mereka ke audiens luas. Influencer seperti Indah Nada Puspita, Hamidah Rachmayanti, Gita Savitri, dan Rachel Vennya menjadi pionir yang menunjukkan bahwa busana tertutup bisa tampil modern dan fashionable.
Konten yang mereka buat — mulai dari video mix and match, tips styling hijab, hingga review brand lokal — menjadi inspirasi bagi jutaan pengikut. Visual yang menarik dan narasi personal membuat modest fashion terasa dekat dan relatable. Banyak Gen Z yang sebelumnya enggan mengenakan busana tertutup, menjadi tertarik karena melihat role model seusia mereka tampil keren tanpa harus mengekspos tubuh.
Selain itu, media sosial juga memunculkan komunitas online modest fashion. Mereka saling berbagi rekomendasi brand, tips thrift outfit, hingga mengadakan challenge styling dengan tema tertentu. Komunitas ini memperkuat rasa kebersamaan sekaligus memperluas pasar modest fashion di kalangan muda urban.
◆ Inovasi Industri Modest Fashion Indonesia
Pertumbuhan pesat pasar modest fashion mendorong industri mode Indonesia melakukan banyak inovasi. Desainer lokal berlomba menghadirkan koleksi yang sesuai selera Gen Z, yang menuntut desain unik, harga terjangkau, dan ramah lingkungan. Beberapa inovasi yang menonjol antara lain:
-
Teknologi kain inovatif: Banyak brand menggunakan bahan breathable, anti kusut, anti panas, dan ringan agar nyaman dipakai di iklim tropis Indonesia.
-
Desain modular: Pakaian dengan potongan modular yang bisa diubah-ubah agar satu item bisa dipakai dalam berbagai gaya. Ini cocok untuk Gen Z yang suka tampil berbeda tanpa membeli banyak pakaian.
-
Konsep fashion sirkular: Beberapa brand menawarkan layanan sewa atau tukar pakaian untuk mengurangi limbah tekstil dan mempromosikan ekonomi berbagi.
-
Kolaborasi dengan seniman muda: Koleksi kapsul hasil kolaborasi desainer modest dengan ilustrator, fotografer, atau musisi muda untuk menarik pasar Gen Z yang menyukai produk artistik.
Inovasi ini membuat modest fashion semakin kompetitif, bukan hanya di pasar lokal tapi juga regional. Indonesia bahkan disebut-sebut sebagai calon pusat modest fashion dunia karena memiliki populasi muda muslim besar dan industri kreatif yang berkembang pesat.
◆ Nilai Keberlanjutan dalam Gaya Berbusana Gen Z
Gen Z dikenal sangat peduli terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan, dan hal ini tercermin dalam cara mereka memilih busana. Mereka menghindari fast fashion yang memproduksi pakaian massal dengan siklus tren cepat karena dianggap merusak lingkungan dan mengeksploitasi pekerja. Sebaliknya, mereka memilih brand modest fashion yang menerapkan prinsip sustainable fashion, seperti:
-
Menggunakan bahan organik atau kain tradisional lokal yang ramah lingkungan
-
Mengadopsi sistem pre-order untuk menghindari overproduksi
-
Membayar pekerja dengan upah layak dan menjaga kondisi kerja yang aman
-
Mengurangi limbah produksi dan menggunakan kemasan ramah lingkungan
Kesadaran ini membuat banyak brand modest fashion menyesuaikan model bisnis mereka agar lebih transparan dan etis. Mereka tidak hanya menjual produk, tapi juga menjual nilai keberlanjutan yang sejalan dengan prinsip Gen Z.
◆ Tantangan yang Dihadapi Modest Fashion Gen Z
Meski pertumbuhannya pesat, industri modest fashion juga menghadapi sejumlah tantangan serius. Pertama, ada persepsi lama bahwa busana tertutup identik dengan konservatisme dan membatasi ekspresi. Brand harus bekerja keras mengubah stigma ini dengan edukasi dan kampanye yang menampilkan modest fashion sebagai pilihan bebas, bukan kewajiban semata.
Kedua, harga produk modest fashion ramah lingkungan masih relatif tinggi dibandingkan fast fashion. Hal ini menyulitkan Gen Z yang sebagian besar masih pelajar atau pekerja muda untuk membeli produk secara rutin. Brand perlu menemukan strategi efisiensi agar tetap ramah lingkungan tanpa membuat harga terlalu mahal.
Ketiga, industri modest fashion masih terkonsentrasi di kota besar. Akses produk di daerah kecil terbatas, sehingga penyebaran pasar belum merata. Perlu dukungan infrastruktur logistik dan platform digital yang lebih luas agar pasar ini bisa berkembang secara nasional.
◆ Prospek Masa Depan Modest Fashion di Indonesia
Masa depan modest fashion di Indonesia terlihat sangat cerah. Dengan populasi Gen Z yang besar dan mayoritas muslim, potensi pasarnya sangat luas. Laporan State of the Global Islamic Economy bahkan menempatkan Indonesia di peringkat atas negara dengan pertumbuhan industri modest fashion tercepat di dunia.
Jika tren keberlanjutan, inklusivitas, dan inovasi desain terus dilanjutkan, Indonesia berpotensi menjadi pusat modest fashion dunia, menyaingi Turki dan Uni Emirat Arab. Banyak desainer muda Indonesia mulai menembus pasar internasional lewat Jakarta Fashion Week, London Modest Fashion Week, dan pameran mode global lainnya.
Ke depan, modest fashion tidak akan sekadar tren temporer, tetapi menjadi arus utama industri mode Indonesia. Dengan dukungan pemerintah, ekosistem startup fesyen, dan kekuatan komunitas Gen Z, modest fashion bisa menjadi salah satu tulang punggung ekonomi kreatif nasional.
Kesimpulan
Tren modest fashion di kalangan Gen Z Indonesia mencerminkan perubahan besar dalam cara anak muda memandang fashion. Mereka tidak lagi sekadar mengejar tren, tetapi memilih gaya berpakaian yang selaras dengan nilai spiritual, keberagaman, dan keberlanjutan. Modest fashion menjadi simbol identitas sekaligus bentuk empowerment bagi mereka.
Meskipun tantangan seperti stigma konservatif, harga tinggi, dan distribusi terbatas masih ada, dukungan komunitas, media sosial, dan inovasi industri membuat tren ini terus berkembang pesat. Jika dikelola dengan baik, modest fashion bukan hanya menjadi ekspresi gaya personal, tapi juga kekuatan ekonomi dan budaya yang memperkuat posisi Indonesia di kancah mode global.