Kebangkitan Estetika Retro Nostalgia dengan Sentuhan Lokal
Tren fashion tahun 2025 menunjukkan kebangkitan estetika retro ala era 90‑an dan Y2K yang dilebur dengan identitas lokal. Brand lokal mulai mengemas motif batik, tenun, songket atau lurik ke dalam potongan streetwear seperti jaket oversize, tee boxy, dan cargo pants — mencipta “Retro Nusantara” yang terasa otentik dan edgy sekaligus.
Gen Z Indonesia mendambakan fashion yang bukan sekadar gaya, tapi identitas dan ekspresi. Oleh karena itu, desain grafis yang bold dan motif lokal menjadi simbol kebanggaan lokal — serta bentuk dukungan terhadap produk dalam negeri yang makin diperhitungkan kualitasnya.
Media sosial jadi panggung utama tren ini. Influencer seperti lewat TikTok dan Instagram memperlihatkan OOTD dengan kombinasi wastra tradisional dan gaya streetwear kontemporer, mendorong kolektor fashion berburu produk preloved dan brand lokal.
Kebangkitan Retro Nusantara bukan sekadar nostalgia gaya visual—tetapi juga wujud sinergi antara budaya dan inovasi: nostalgia motif lama yang dikemas dalam pakaian yang ramah lingkungan serta cocok dengan aktivitas harian Gen Z urban.
Brand Lokal Ikonik: Dari Thanksinsomnia hingga Pot Meets Pop
Beberapa brand lokal membuat gebrakan di skena Retro Nusantara. Thanksinsomnia terkenal dengan kaos typografi dan grafis nyeleneh, sering memasukkan motif kontemporer yang merujuk ke nilai sosial plus gaya retro bold—menjadi identitas kuat di kalangan komunitas kreatif muda.
Pot Meets Pop khusus menggunakan teknik upcycling bahan preloved—memadukan motif vintage dengan grafis modern. Mereka memproduksi hoodie dan tee dengan nuansa retro Amerika namun tetap mempertahankan cita rasa lokal.
Compass® juga merambah streetwear; sepatu dan varsity jacket-nya menampilkan grafis epitom genre “Indonesia modern”—campuran bold retro dan identitas urban. Ini adalah brand lokal yang mulai menandingi kualitas global sambil tetap menjaga nilai lokal.
Brand seperti Elhaus, Powerhouse Company, dan Roughneck 1991 lengkap mencuri perhatian karena detail craftsmanship, nuansa military-punk, dan grafis protest yang edgy—semua ini jadi bagian dari narasi gaya Retro Nusantara yang berani dan otentik.
Gaya Streetwear Gen Z: Oversize, Genderless & Berkelanjutan
Gen Z di Indonesia sangat menggemari gaya oversize dan genderless; hoodie besar, cargo pants lebar, celana kargo dan tee longgar menjadi item wajib sehari-hari—digabung dengan motif atau patch tradisional seperti batik, lurik, atau motif kera kontemporer.
Mereka juga aktif mencari fashion berkelanjutan: thrifting di Pasar Senen atau Cihampelas, serta mendukung brand yang menggunakan bahan daur ulang atau produksi slow fashion. Ini sejalan dengan ekosistem streetwear Retro Nusantara yang menawarkan kualitas unik dan ramah lingkungan.
Aksesori penting untuk melengkapi gaya ini: bucket hat, chunky sneakers (misalnya Compass Gazelle 2.0), sling bag, serta aksesori avant-garde—sering terlihat di feed streetwear Gen Z yang memadukan visual retro dan art statement.
Brand lokal yang kuat juga menciptakan budaya komunitas (community-driven)—event pop‑up, kolaborasi musik indie, hingga fashion showcase di media sosial, membentuk buzz yang memperkuat tren Retro Nusantara di kalangan Gen Z urban di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.
Mengapa Tren Ini Punya Kekuatan Emosional & Komersial
Menurut survei IDN Times, 74% Gen Z lebih memilih brand lokal karena ingin mendukung UMKM dan identitas nasional—Retro Nusantara menjadi simbol pembelaan terhadap produk dalam negeri sambil tetap stylish .
Produksi lokal yang mengangkat motif tradisional memberi tambahan nilai emosional—konsumen lebih merasa punya keterikatan dengan pakaian yang memang merepresentasikan budaya mereka sendiri, bukan sekadar konsumerisme global .
Secara komersial, brand-brand streetwear lokal yang merancang baju-konsep Retro Nusantara berhasil menciptakan value tinggi. Misalnya Erigo & Compass catat peningkatan penjualan hingga 180% setelah meluncurkan lini streetwear unisex dengan estetika lokal modern .
Dengan sentimen kuat terhadap lokalitas yang didukung kualitas dan estetik global, tren Retro Nusantara diprediksi jadi momentum besar untuk brand lokal makin ekspansif—baik domestik maupun di ranah luar negeri.
✅ Penutup
Retro Nusantara bukan hanya tren fashion—ini gerakan identity-driven youth culture di mana wastra tradisional bertemu gaya street yang nyaman dan ekspresif. Brand lokal membuktikan bahwa kualitas global dan nilai lokal bisa berjalan seiring.